Feasibility Analysis (Analisa Kelayakan) Project Sistem Informasi

Feasibility Analysis (Analisa Kelayakan)

  • Analisa Kelayakan merupakan kajian yang dilakukan oleh seorang sistem analis terhadap project yang diusulkan.
  • Output dari kajian ini adalah Dokumen Analisa Kelayakan (Feasibility Analysis Document).
  • Ketika justifikasi akan kebutuhan sistem, serta business requirements-nya telah teridentifikasi, maka umumnya approval committe akan menugaskan sistem analis untuk menyiapkan atau menyusun dokumen formal yang lebih detail lagi, yang terkait kebutuhan akan project pengembangan sistem informasi yang baru.
  • Analisa kelayakan akan menentukan apakah suatu project akan bisa dilanjutkan atau tidak.
  • Dalam penyusunan atau aktifitas analisa kelayakan ini, juga akan diientifikasi faktor-faktor resiko yang terkait dengan project, yang harus diperhatikan ketika project disetujui untuk dilanjutkan pengembangannya.
  • Seperti halnya dokumen System Request, biasanya beberapa organisasi akan memiliki metode, proses, maupun formatnya masing-masing ketika mereka melakukan analisa kelayakan.
  • Namun pada umumnya terdapat 3 area untuk dikaji atau dinilai dalam analisa kelayakan, yakni :

o   Kelayakan secara teknikal (Technical feasibility)

Hal ini terkait kondisi, apakah sistem nantinya bisa didesain, dikembangkan, dan diimplementasi dengan sukses oleh tim pengembang. Terdapat empat hal yang perlu dikaji dalam area teknis ini.

1)     Familiarity with apps, pemahaman terhadap ruang lingkup aplikasi.

2)     Familiarity with tech, pemahaman terhadap resiko dari implementasi teknologi yang digunakan.

3)     Proper size, ukuran suatu project akan mempengaruhi jumlah orang yang bekerja, waktu pengerjaannya serta resiko yang akan terjadi.

4)     Compatibility with existing system, integrasi suatu sistem terhadap sistem yang pernah sukses sebelumnya, sangat penting untuk dipertimbangkan.

 

o   Kelayakan secara ekonomis (Economic feasibility)

Pada area kelayakan ekonomis ini, project akan dinilai layak atau tidak dari segi finansial, mengidentifikasi biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang diterima. Kemudian menentukan nilai dari manfaat, serta mengukur manfaat secara finansial yang bisa didapatkan dari sistem. Dengan melakukan kajian ini maka faktor resiko dan keuntungan akan bisa diketahui dan dijustifikasi. Semakin besar biaya sebuah project maka diperlukan suatu analisa yang lebih besar dan lebih detail. Komponen biaya dan manfaat :

1)    Biaya Pengembangan (Development Costs), semua pengeluaran yang bisa diukur berdasarkan nilai uang. Pengeluaran-pengeluaran atau biaya ini merupakan harga yang dikeluarkan selama prose pengembangan sistem informasi. Seperti gaji tim pengembang serta konsultan, hardware dan software, biaya pelatihan, dan biaya bahan dan peralatan kantor. Development cost ini diperhitungkan sebagai biaya yang muncul satu kali saja (One Time Costs).

2)      Biaya Operasional (Operational Costs), adalah pengeluaran yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem, seperti honor operator sistem, biaya lisensi & upgrade perangkat lunak, dan biaya komunikasi atau biaya koneksi data. Operational Costs ini biasanya dianggap sebagai biaya berjalan (On Going Costs) yang nantinya setiap tahun akan selalu muncul.

3)    Keuntungan Nyata (Tangible Benefits), merupakan keuntungan langsung yang bisa didapatkan organisai melalui penggunaan sistem, seperti adanya peningkatan penjualan dan lain sebagainya, yang nilainya bisa dikatuhi secara langsung ketika sistem ini diimplementasikan. Selain itu sistem juga dapat memberikan manfaat dengan memungkinkan organisasi melakukan pengurangan biaya yang biasanya dikeluarkan, seperti mengurangi staff, mengurangi inventaris, dan bisa dengan mengurangi biaya IT. Serta bisa juga dengan memilih harga supplier yang lebih rendah.

4)    Keuntungan Tidak Nyata (Intangible Benefits), sulit untuk diidentifikasi secara langsung dampak keuntungannya terhadap organisasi. Untuk mengidentifikasi keuntungan Intangible ini perlu dilakukan asumsi berdasarkan pengalaman dan intuisi. Intangible Benefits bisa dihitung dari pengarungnya terhadap pemasukan, dapat berupa persentase.

Ketika komponen dari biaya dan manfaat telah dapat diidentifikasi oleh sistem analis, maka tahap selanjutnya analis perlu menentukan nilai nominal pada tiap item/komponen tersebut. Kuantifikasi ini sangat penting agar approval committee memiliki pertimbangan formal terhadap keberlanjutan suatu project. Nilai estmasi costs dan benefits akan bisa terus direvisi seiring berjalannya proses pengembangan sebuah project.

 

o   Kelayakan secara organisasi (Organizational feasibility)

Hal ini terkait bagaimana sistem nantinya dapat diterima oleh para pengguna dan digunakan dalam proses bisnis organisasi. Ada banyak faktor dalam organisasi yang bisa mempengaruhi sebuah project. Dan para pengembang yang berpengalaman akan mengatakan bahwa kelayakan secara organisasi ini merupakan area yang paling sulit untuk dinilai.

Sistem analis kan menilai apakah tujuan project sesuai/sejalan dengan tujuan/sasaran dari organisasi. Ini disebut dengan istilah Strategic Alignment, yakni kesesuaian antara project dan strategi bisnis organisasi/perusahaan. Semakin sesuai project dan strategi bisnis maka resiko kegagalan project semakin kecil. Banyak project IT yang gagal karena inisasi perancangan sistem hanya datang dari unit IT saja, dan tidak mempertimbangan kesesuaian dengan unti bisnis maupun strategi bisnis organisasi.

Cara kedua untuk menilai kelayakan secara organisasi,  adalah dengan melakukan analisa terhadap kesiapan stakeholder terkait sistem yang akan dibangun. Stakeholder adalah orang/grup/organisasi yang dapat mempengarui/dipengaruhi oleh sistem. Beberapa stakeholder dalam analisa kelayakan secara organisasi :

1)    Project Champion, selevel eksekutif biasanya merangkap sebagai projcet sponsor yang menyusun sistem request. Mereka akan mendukung project dalam penyediaan sumberdaya (resource) seperti waktu dan biaya.

2)  Organization Management, yang berkontribusi dalam project dengan menyakinkan internal organization bahwa nantinya sistem yang akan dibangun akan memberikan manfaat dan mendorong semua unti internal untuk mendukung pengembangan sistem yang baru ini. Termasuk menggunakannya dan menerima perubahan jika ketika implementasi sistem yang baru akan terjadi perubahan proses bisnis didalam organisasi. Dimana besar sekali kemungkinan akan terjadi perubahan.

3)     System Users, sering terjadi bahwa project team hanya bertemu dengan user sekali saja diawal project. Sehingga terkadang hasil akhir project tidak sesuai dengan keperluan user, yang biasanya akan sering berubah seiring dengan berjalannya waktu. Untuk itu diperlukan keterlibatan user dalam proses pengembangan. Misalnya secara periodik meminta feedback atau masukan terhadap sistem yang sementara sedang dikembangkan.

  • Hasil kajian terhadap project berdasarkan ketiga area diatas, akan menghasilkan  Dokumen Analisa Kelayakan yang akan di propose kepada approval committee di akhir fase perencanaan pada siklus SDLC.
  • Analisa kelayakan ini akan membantu organisasi/perusahaan untuk membuat keputusan yang tepat terkait investasi sistem informasi. Dengan mempertimbangkan faktor teknis, ekonomis dan organisasi, dimana ini akan mempengaruhi project sistem informasi yang akan dilaksanakan.
  • Analisa kelayakan ini akan melindungi unit/pengembang IT, dari kritik atau komplain yang akan terjadi. Karena didalam proses pengembangan, sistem analis sudah melibatkan unit bisnis dan organisasi dalam proses terkait pengambilan keputusan dalam project.

Project Life Cycle (Siklus Hidup Proyek)

Project Life Cycle

    Siklus Hidup Proyek atau lebih dikenal dengan nama Project Life Cycle merupakan tahapan yang dilalui proyek mulai dari inisiasi sampai tahap akhir. Setiap proyek memiliki ukuran dan tolak ukur tertentu. Siklus hidup proyek kemudian biasanya dipantau berdasarkan grafik level biaya terhadap waktu. Seperti pada saat memulai proyek, biaya yang dibutuhkan sangat rendah, kemudian biaya terus meningkat hingga tahap pengerjaan proyek. Setelah pengerjaan proyek selesai, biaya yang dibutuhkan menurun. Untuk itulah dalam Project Life Cycle terdapat fase khusus yang memberi arahan tertentu dalam cara mengelola proyek secara optimal. Project Life Cycle terdiri dari 4 tahap (stages)  yang aktifitasnya berjalan secara berurutan.

Initiating Phase (1)

    Merupakan tahap pertama dalam siklus ini. Selama tahap ini, tim pengambil keputusan akan mengidentifikasi apakah proyek tersebut secara realistis dapat diselesaikan. Output tahap inisiasi diantaranya dokumen proyek yang berisikan nama proyek, biaya proyek dan penunjukan manejer proyek. Dokumen ini akan dijadikan acuan dasar oleh manejer proyek untuk melakukan proses proyek selanjutnya.

Planning Phase (2)

    Tahap perencanaan merupakan tahap yang paling penting yang membutuhkan banyak waktu dan SDM yang terlibat sesuai dengan besar kecilnya proyek. Output dari tahap ini diantaranya struktur dan tim proyek, gambar detail desain, skop pekerjaan, data teknis, jadwal proyek, jadwal pekerja, jadwal material / pembelanjaan, prosedur-prosedur, dan hal-hal detail lainnya. Tahap perencanaan ini merupakan kunci keberhasilan tahap proyek selanjutnya.

Executing Phase (3)

    Tahap eksekusi dan kontrol/monitor biasanya dijalankan bersamaan, dan tahap ini merupakan tahap dilaksanakannya proyek dalam memulai dari pembelanjaan sampai konstruksi yang mengacu pada output dari tahap perencanaan. Output dari tahap ini diantaranya produk atau hasil kerja proyek, dokumen kontrol mulai dari kontrol administrsi, kontrol kualitas, kontrol tenaga kerja, kontrol material, kontrol jadwal, sampai pada kontrol keuangan proyek, laporan-laporan, risalah rapat, hasil tes dan inspeksi dan lain-lain yang menggambarkan pelaksanaan proyek. Segala hal dalam tahap ini harus terdokumentasikan dengan baik untuk keperluan tahap selanjutnya.

Project Closure (4)

    Project closure atau penutupan pengerjaan proyek merupakan tahap akhir dari sebuah proyek, tahap ini terdiri dari serah terima dan masa perawatan, serah terima umumnya dibagi dua tahap, tahap pertama setelah pekerjaan konstruksi selesai dan siap digunakan dan selanjutnya setelah masa perawatan selesai. Output dari tahap ini adalah final dokumen yang berisikan semua dokumen kontrol dalam tahap konstruksi, gambar final selesainya pengerjaan proyek, manual operasi dan berita acara serah terima.

Manfaat Project Life Cycle

Manfaat dari Project Life Cycle adalah terciptanya suatu proyek berhasil. Berhasil dalam arti kata dapat memenuhi tujuan dari diciptakannya proyek itu sendiri. Tahap-tahap pembuatan proyek menjadi jelas (dari inisiasi hingga closure).  Membantu mencapai tujuan proyek yang optimal dan seimbang dari segi waktu, biaya dan kualitas.

Perbedaan Project Life Cycle untuk menghasilkan produk/artefak perangkat lunak dengan produk/artefak lainnya.

Untuk dapat mengahasilkan hingga mengembangkan produk/artefak berupa perangkat lunak, diterapkan System Development Life Cycle (SDLC). Namun untuk melaksanakan proyek mulai dari inisiasi hingga siap digunakan, harus menerapkan siklus Project Life Cycle.




Manajemen Resiko Proyek

 MANAJEMEN RESIKO PROYEK         Manajemen resiko pada proyek meliputi langkah memahami dan mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin ...