Sebelum ditemukannya sistem pengolah
basis data, proses pengolahan data masih
menggunakan sistem pemrosesan file dari tahun 1960an hingga OODBMSs dan ORDBMSs
(Oracle 8) dirilis pada tahun 1997.
Sistem Pemrosesan File
(File-Based System) (Traditional File System)
Menurut Thomas Connoly dan Carolyn Begg (2015, page 79) “file-based
system, which is a collection of application programs that perform services for
the end-users, usually the production of reports. Each program defines and
manages its own data.”. Dapat diartikan bahwa sistem pemrosesan file merupakan
kumpulan program aplikasi yang memeberikan layanan kepada pengguna akhir(clients),
biasanya untuk membuat laporan. Setiap program mendefinisikan dan mengelola
datanya sendiri. Jadi sistem pemrosesan file digunakan untuk memberikan laporan
berupa data/informasi dalam bentuk file-file tersendiri yang dibutuhkan suatu
program dan setiap program memiliki datanya sendiri.
Sistem Pengolah Basis Data (DBMS)
DBMS (Database Management System)
adalah sebuah perangkat lunak sistem yang memberikan akses kepada pengguna (user)
untuk mendefinisikan, membuat, mengelola, dan mengontrol suatu basis data
(database). Jadi dapat diartikan bahwa DBMS merupakan perantara dari berbagai
user yang melakukan proses entry data kedalam suatu database.
DBMS mencakup proses :
- Defining : Database dapat mendefinisikan tipe data,
batasan (constraint) dan susunan (struktur) dari data-data yang di simpan pada database
- Sharing : Database dapat membagikan data-data
dalam setiap program kepada user(pengguna) dan diakses secara bebas.
- Manipulating : Database mencakup berbagai fungsi
dan query untuk mendapatkan data yang dicari, termasuk operasi insert, update
dan delete serta dalam menghasilkan dan melaporkan data.
Jika kedua tipe pemrosesan data diatas
dibandingkan, tentu file-based system akan memiliki kekurangan yang lebih
banyak ketimbang DBMS.
Berikut kekurangan/kelemahan dari file-based system :
- Memiliki data terpisah dan terisolir, program a tidak
dapat mengkases data pada program b dan sebaliknya. Dan terisolir karena
file-file yang dikirimkan memiliki format yang berbeda-beda, sehinggan akan
susah untuk menyingkronkannya.
- Cenderung mengakibatkan data terduplikasi, jika
kedua program tidak saling mengakses data masing-masing maka akan timbul
kecenderungan data terduplikasi, sama, identik dan maka hal tersebut adalah pemborosan,
boros waktu entry data dan boros penyimpanan serta biaya yang dikeluarkan untuk
menyediakannya.
- Kesukaran dalam mengakses data, proses pengambilan
data tidak mungkin dapat dilakukan jika muncul permintaan-permintaan baru namun
diabaikan sewaktu membuat program.
- Data dependence, bisa atau tidaknya mengakses
data bergantung pada program, jika sedang terjadi perubahan atau kesalahan maka
data tidak dapat diakses.
- Masalah keamanan data. Karena user hanya dapat
mengirimkan data kepada program, tanpa memaintain data, maka keamanan data
hanya bergantung pada program. Sehingga user tidak akan tahu kemana dan untuk
apa data tersebut di gunakan.
Karena masih banyaknya
kelemahan-kelemahan yang dimiliki file-based system, DBMS hadir dengan tujuan untuk
memberikan :
- Kemudahan dan kecepatan dalam mengakses data.
- Efisiensi ruang penyimpanan data. Jika tidak
ada data terduplikasi maka ruang penyimpanan akan lebih efisien.
- Keakuratan dalam pembentukan query dan hubungan (relasi)
antar data berdasarkan struktur, batasan, domain, tipe, keunikan data, untuk
meminimalisir ketidakakuratan saat entry data.
Nah jadi gitu, cuy. Sekian
penjelasan gue tentang perbedaan antara sistem pemrosesan file (file-based
system) dan sistem pengolah basis data (Database Management System (DBMS)).
Sampai jumpa di next postingan, peace!
Referensi :
Connoly, Thomas & Begg, Carolyn. (2015). Database : Systems A Practical Approach to Design, Implementation, and Management. Sixth Edition. University of the West of Scotland.